Oleh: Deni Solehudin
Ada ungkapan yang terkenal di kalangan
masyarakat dan dinisbatkan
kepada Rasulullah Sollallahu ‘alaihi wasallam,
Ungkapan yang dimaksud adalah:
"
اِخْتِلَاف أُمَّتِي رَحْمَة ".
“Perbedaan pendapat umatku adalah rahmat”.
Apakah benar ungkapan di atas adalah ucapan Rasulullah Sollallahu
‘alaihi wasallam? dan bagaimana maknanya?
Untuk mendudukkan pernyataan di
atas, kami akan mengkaji dari segi sanad dan matan. Dari segi sanad, Imam An
Nawawi mengutip perkataan Al-Khothoby dengan lafal :
قَالَ الْخَطَّابِيُّ : وَقَدْ
رُوِيَ عَنْ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : "
اِخْتِلَاف أُمَّتِي رَحْمَة " (شرح النووي على مسلم ـ مشكول 6/ 27(
Al-Khotoby mengatakan: “telah diriwayatkan dari Nabi Sollallahu
‘alaihi wasallam…sesungguhnya beliau telah bersabda :”“Perbedaan pendapat umatku adalah rahmat”. (Syarah An Nawawy,
6:27).
Namun di situ tidak disebutkan
sanadnya. Begitu juga Imam As Suyuthy mengatakan bahwa hadits tersebut
diriwayatkan oleh Nashr Al Maqdisy dalam kiab Al-Hajjah, Imam Al-Baehaqie dalam
kitabnya Ar Risalah Al Asy’ariyah dengan tanpa sanad pula. Al-Hasil,
sebagaimana disimpulkan oleh Syaikh Ihsan bin Muhammad
bin Ayis al-‘Utaiby dalam Mi’ah min al-Ahadits al-Musytahirah ‘ala
Alsinah no. 43. bahwa hadis ini adalah hadis yang maudhu’ (palsu) (lihat pula Al-Asrar
al-Marfu’ah 506 dan Tanzih asy-Syari’ah 2/402).
Sedangkan
secara matan, walaupun hadits tersebut banyak dipakai oleh sebagian ulama
dengan maksud yang baik yaitu untuk mempersatukan umat. Akan tetapi maksud yang
baik tidaklah cukup, dan tidak akan tercapai pada tujuannya kalau dilakukan
dengan cara yang tidak benar. Sebagaimana dikatakan oleh Ibn Mas’ud :
وَكَمْ مِنْ مُرِيدٍ لِلْخَيْرِ لَنْ يُصِيبَهُ
'Betapa banyak orang yang
menginginkan kebaikan tetapi ia tidak dapat mencapainya
Terlebih,
hadits di atas bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits yang shahih.
Allah berfirman :
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ
أُمَّةً وَاحِدَةً وَلا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ
Jikalau Tuhanmu menghendaki,
tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka Senantiasa
berselisih pendapat,
إِلا مَنْ رَحِمَ
رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
kecuali orang-orang yang diberi
rahmat oleh Tuhanmu. dan untuk Itulah Allah menciptakan mereka. kalimat Tuhanmu
(keputusan-Nya) telah ditetapkan: Sesungguhnya aku akan memenuhi neraka
Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya. (Q.S. Hud: 118-119)
وَأَطِيعُوا اللَّهَ
وَرَسُولَهُ وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ
اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
dan taatlah kepada Allah dan
Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi
gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar. (QS. Al-Anfal: 46)
وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ
عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ
بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ
فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ
تَهْتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk (Ali Imran : 103)
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ
مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ
إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ
وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah
dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
(An-Nisa’ : 59)
Kalimat ikhtilaf dalam al-Quran
terdapat dalam surat al-Baqarah : 176, al-Baqarah : 213, al-Baqarah : 253,
an-Nisa’ : 157, Yunus : 93, an-Nahl : 64, an-Nahl : 124, al-Jatsiyah : 17
merupakan ikhtilaf dalam akidah.
Dalam
satu hadits, Rasulullah Sollallahu ‘alaihi wasallam bersabda
:
اسْتَوُوا وَلَا تَخْتَلِفُوا فَتَخْتَلِفَ قُلُوبُكُمْ
"Luruskan, jangan bengkok agar hatimu tidak berpecah
belah. (H.R. muslim, no. 269).
لَا
تَخْتَلِفُوا فَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ اخْتَلَفُوا فَهَلَكُوا
"Janganlahkalian berselisih karena orang-orang sebelum
kalian berselisih hingga akhirnya mereka binasa". (H.R. Bukhori, no. 2233).
Berdasarkan
ayat-ayat dan hadits-hadits di atas, orang-orang yang mendapat rahmatlah yang
tidak akan berselisih. Persatuan Islam yaitu bersatunya ummat dalam satu rasa,
satu usaha, dan satu suara Islam itu adalah rahmat. Sedangkan
berbantah-bantahan akan menyebabkan hilangnya dan hancurnya kekuatan Islam.
Untuk mewujudkan Persatuan Umat, menurut HT. Romly, perlu banyak anasir untuk
menegakkannya, salah satunya adalah perlunya kesamaan dalam memahami
_"i'tishaambihablillah"_, yaitu berpegang teguh pada Kitaabullah.
Keragaman dalam memahami itulah yang disebut _"ikhtilaaf"_, yakni
perbedaan pendapat. Berbeda memahami itu bukanlah hal 'aib dalam agama, selama
adad-adabnya diperhatikan. Selain Nabi _shallallaahu 'alaihi wasallam_ mengisyaratkan
_"Akan banyak perbedaan sepeninggalnya"_, juga lebih awal Kitabullah
memberikan bimbingan _"Fain tanaaza'tum fiesyai'in farudduhhu ilallaahi warRasuuli"_,
artinya: jika kalian silang pendapat, kembalilah pada Allah dan rasulNya."
(Q.S.An- isaa/ 4: 59).
Kata _"fiesyai'in"_, sebagaimana disebutkan dalam QS. An-Nisa’ : 59, menunjukkan
semua perkara besar dan kecil wajib merujuk padanya. Siapa melepaskan keduanya,
berarti yang akan masuk adalah hawa nafsu. Demikian Al-Ghaniman menguraikan
dalam risalahnya _Al-Hawaawa Atsaruhu fielKhilaaf_.
Agar perbedaan _(ikhtilaaf)_ tidak berubah menjadi perpecahan
_(iftiraaq)_, sebagaimana
dikutip oleh Al Ustadz HT Ramli, para ulama yang
hanif memberikan penawar-penawarnya, di antaranya:
1. Hendaknya menghindari prasangka _(zhann)_ dan hawa nafsu dalam
menafsirkan sesuatu.
2. Hendaknya menghindari fanatik buta _('ashabiyyatula'maa)_.
3. Hendaknya menghindari sikap berlebihan _(ghuluw)_.
4. Hendaknya mendahulukan dalil nash _(naqli')_ sebelum dalil aqal _('aqli)_.
5. Hendaknya memahami etika berbeda pendapat _(adaabulikhtilaaf)_.
6. Hendaknya menghindari intervensi musuh _(kaiydula'daa)_.
7. Tidak membiasakan debat kusir tanpa ilmu yang membuat permusuhan
_(khushuumaat)_.
Selain
itu, perlu dibedakan antara ikhtilaf yang
tidak diperbolehkan dan perbedaan pendapat (khilafiyah) yang
diperbolehkan. Dalam
beberapa kasus, Rasulullah Sollallahu ‘alaihi wasallam“ mentolelir” perbedaan di kalangan
para sahabat, seperti perbedaan dalam qiroah (bacaan) Al-Qur’an.
Para ulama
diantaranya Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah rahimahullah mengatakan bahwa khilaf (perbedaan) itu ada dua
macam: Pertama, Khilaf Tadhod (Yaitu khilaf
yang terjadi di dalamnya kontradiksi) seperti masalah menyentuh wanita
membatalkan wudhu’ atau tidak, keluarnya darah membatalkan wudhu atau tidak,
khomr najis atau bukan. Khilaf seperti ini dikatakan tadhod –yakni khilaf yang saling
bertentangan (kontradiksi). Ketahuilah bahwa khilaf seperti ini bisa
dipastikan: tidak mungkin semua pendapat benar, karena sabda Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasallam tidak bertentangan satu dengan lainnya. Untuk
perbedaan ini, kewajiban kita adalah berusaha melihat mana yang benar dengan
kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kedua, Khilaf tanawu’
(Yaitu perbedaan yang sumbernya adalah keragaman pengamalan Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasallam) misal, perbedaan bacaan doa iftitah, bacaan dzikir ketika
sujud, dan bacaan duduk diantara dua sujud. Untuk perbedaan ini, kita
diperbolehkan untuk berbeda-beda dalam mempraktekannya.
Semoga
Rabbul 'Aalamien menjadikan kumpulan kaum Muslimien sebagai kumpulan
yang mendapatkan rahmatNya (jamaa'atan marhuuman), bukan kumpulan yang
mendapatkan kehinaanNya (firaqan madzmuuman). _*Wallaahulmusta'aan
... Aamien*_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar