17 Januari 2019

MEWASPADAI WABAH MATERIALISME DAN PRAGMATISME



Oleh: H. Deni Solehudin, S.Ag. MSI

Materialisme adalah pandangan hidup yang semata mata hanya mencari, kesenangan, dan kekayaan/kebendaan merupakan satu-satunya tujuan atau nilai tertinggi.
Pragmatisme adalah sebuah konsep yang mementingkan sisi praktis dibandingkan sisi manfaat, dengan kata lain pragmatisme lebih mementingkan hasil akhir daripada nilai nilai moral yang dianut masyarakat atau bisa dibilang bahwa pragmatime menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
Orang-orang untuk mendapatkan materi, karena penganut faham materialisme cenderung anti “Tuhan” maka dapat praktek kehidupannya mereka cenderung pragmatis. Jangankan norma-norma yang dibuat oleh semacam jamiyyah, norma-norma yang dibuat oleh Alloh pun mereka tidak peduli. Bagi mereka yang penting, siapa yang dapat menguntungkan dirinya itulah yang akan mereka dekati.

Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah dengan naluri mencintai tiga hal : Istri, anak dan harta benda. Kecintaan kepada tiga hal tersebut dalam ajaran Islam dinilai bukan merupakan sebuah kesalahan atau penyimpangan, melainkan pembawaan atau naluri insaniyyah. Hal tersebut dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ – ال عمران : 14

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).  ( QS. Ali Imran : 14 )

Ajaran Islam tidak melarang kita untuk mencintai tiga hal tersebut. Yang diwanti-wanti dalam ajaran Islam menurut K.H. Shidiq Amien adalah : Pertama,  jangan sampai kecintaan itu berubah menjadi sebuah penyakit,  yang disebut penyakit      “ Hubbud Dunya “ , dimana salah satu cirinya,  orang itu tidak diberi rasa tenang, tentram dan betah dalam ibadah, ( Berdo’a dan shalat tidak bisa tumaninah dan khusyu’, selalu resah dan terburu-buru,  hadir pada Jum’atan dan pengajian  selalu ingin cepat selesai ) karena fikiran dan perasaan selalu terganggu oleh urusan harta dan dunia.  
Kedua,   Islam melarang jangan sampai akibat dari kecintaan yang berlebihan, membuat kita lupa dzikir kepada Allah, seperti diingatkan oleh Allah :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ – المنافقون : 9

Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. ( QS. Al-Munafiqun : 9 )
Lupa dzikir kepada Allah bisa dalam pengertian lupa beribadah dan bersyukur kepada Allah. Kita sering menyaksiakan ada orang yang karena kecintaan kepada harta benda, sampai harus bekerja keras, banting tulang,  peras keringat, pergi pagi pulang  malam,  hingga lupa shalat, tak sempat  ngaji, hatta shalat jum’at yang hanya sekali dalam seminggupun, ia sudah tidak bisa menunaikannya.  Tidak jarang orang yang seperti itu akhirnya menjadi orang kaya tidak, urusan akhirat tertinggal.

Allah swt sudah  mengingatkan :

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى- طه : 124

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".       ( QS. Thaha : 124 )

Lupa dzikir kepada Allah bisa juga dalam pengertian melupakan hukum-hukum Allah dan Rasul-Nya.  Banyak orang yang dalam upaya memenuhi kecintaan kepada wanita, harta atau anak keturunan tidak memperdulikan lagi  batas-batas halal dan haram, hak dan bathal.   Merajalelanya prostitusi di segala strata masyarakat dengan segala bentuk dan akibatnya, Mewabahnya korupsi, dan kolusi. Untuk masuk sekolah, untuk diterima sebagai pegawai, untuk naik pangkat, untuk dapat jabatan, tidak bisa dilakukan kecuali harus dengan main suap. Orang merasa tidak bisa hidup layak, kaya dan senang kecuali dengan korupsi, mencuri, menipu, berjudi, menjual diri, dsb.
Pada beberapa dekade terakhir ini, Manusia yang menghambakan diri dengan uang atau mempertuhankan harta benda telah menjadi sebuah paham dan kekuatan global yang dengan giat berusaha menularkan wabah dan virus tersebut kepada setiap individu di seantero dunia. Sebuah kekuatan bernama   “ Kapitalisme Sekuler “.  Sebuah sistem yang telah menjadi kekuatan imperialisme baru atau “ Neo Imperialisme” .  Adam Smith dalam  The Wealth of Nation ( 1776 ) mengatakan :          “ Jika tukang daging menjual dagingnya kepada anda, itu bukan berarti dia belas kasihan kepada anda, melainkan karena dia mengejar keuntungan sendiri. Bicaralah uang, karena hidup adalah uang. Itulah cita-cita kapitalisme dan liberalisme.”
Keadaan mereka sebagaimana telah digambarkan oleh Rasulullah saw.
يأتي على الناس زمان همهم بطونهم وشرفهم متاعهم, وقبلتهم نساءهم , ودينهم دراهمهم  و دنانيرهم , أولئك شر الخلق لا خلق لهم عند الله – ر السلمي عن علي
Akan datang suatu masa dimana prioritas ( Jadi fikiran, obrolan hidup) mereka adalah isi perut,( hanya buthun dan tidak perduli soal bathin, alias rohani ) yang memuliakan mereka harta mereka; ( Orang dipandang mulia dan sukses, hanya karena banyak hartanya, tinggi kedudukan sosialnya, banyak gelarnya);  kiblat mereka ( yang menjadi pusat perhatian, arah fikiran  adalah syahwat kepada ) perempuan, agama mereka ( yang dipertuhan, sehingga berkeluh kesah, bukan Allah, melainkan ) dirham dan dinar( rupiah dan dolar) ; Mereka itu adalah sejelek-jelek makhluk, mereka tidak akan mendapat bagian di sisi Allah.( Kelak di kemudian hari ) ( HR. As-Sulami dari Ali ra – Jam’ul Jawami’  9 : 200 )

Hadits ini mengingatkan kita bahwa akan datang suatu masa dimana yang jadi target hidup hanyalah kesenangan duniawi semata, duit, isi perut, wanita, dan tahta. Penghargaan di antara mereka adalah sejauh mana seseorang mendapat bagian-bagian seperti di atas yang lebih banyak. Mereka cenderung membangga-banggakan diri dan sombong.

Orang-orang materialis dan pragmatis sejatinya mereka tidak akan mengindahkan norma-norma agama. Yang menjadi korban mereka adalah orang-orang yang jujur dan polos yang termakan oleh dusta dan sumpah palsu mereka. 
Bagaimana kalau kita mendapati orang-orang dan jaman seperti keadaan di atas?
Alloh SWT telah memberikan tuntunan kepada kita dengan firman-Nya :
وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَذَكِّرْ بِهِ أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلا شَفِيعٌ وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لا يُؤْخَذْ مِنْهَا أُولَئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ (٧٠)
70. dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at selain daripada Allah. dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. mereka Itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.
Berdasarkan ayat di atas, kita diperintahkan untuk meninggalkan mereka. tidak terpengaruh oleh gaya hidup mereka. Karena mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia yang fana ini. Tetapi ada suatu hal yang tidak boleh kita tinggalkan yaitu terus menerus mengingatkan mereka akan akibat yang akan menimpa mereka.
Dalam hadits disebutkan :

يأتي على الناس زمان لا تطاق المعيشة فيهم إلا بالمعصية حتى يكذب الرجل ويحلف (كنز العمال في سنن الأقوال والأفعال 1/ 198)

Akan datang kepada manusia suatu zaman dimana orang tidak bisa hidup pada masa itu kecuali dengan maksiat, sampai orang harus berdusta dan bersumpah.

Kemudian Rasulullah saw. memberikan petunjuk praktis dengan sabdanya :
فإذا كان ذلك الزمان فعليكم بالهرب قيل يا رسول الله وإلى أين المهرب قال إلى الله وإلى كتابه وإلى سنة نبيه
Apabila kamu mendapati jaman seperti itu, maka hendaklah kamu berlari menjauhinya. Ditanyakan kepada Rasulullah saw. “kemana tempat pelarian kita? Rasul menjawab : Kepada kitab Alloh dan kepada Sunnah Nabi-Nya. (Kanzul umal: 1/198).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar