Oleh: H. Deni Solehudin, S.Ag. MSI
Materialisme adalah pandangan hidup
yang semata mata hanya mencari, kesenangan, dan kekayaan/kebendaan merupakan
satu-satunya tujuan atau nilai tertinggi.
Pragmatisme adalah sebuah konsep
yang mementingkan sisi praktis dibandingkan sisi manfaat, dengan kata lain
pragmatisme lebih mementingkan hasil akhir daripada nilai nilai moral yang
dianut masyarakat atau bisa dibilang bahwa pragmatime menghalalkan segala cara
untuk mencapai tujuan.
Orang-orang
untuk mendapatkan materi, karena penganut faham materialisme cenderung anti
“Tuhan” maka dapat praktek kehidupannya mereka cenderung pragmatis. Jangankan
norma-norma yang dibuat oleh semacam jamiyyah, norma-norma yang dibuat oleh
Alloh pun mereka tidak peduli. Bagi mereka yang penting, siapa yang dapat
menguntungkan dirinya itulah yang akan mereka dekati.
Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah dengan naluri
mencintai tiga hal : Istri, anak dan harta benda. Kecintaan kepada tiga hal
tersebut dalam ajaran Islam dinilai bukan merupakan sebuah kesalahan atau
penyimpangan, melainkan pembawaan atau naluri insaniyyah. Hal tersebut
dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya :
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ
مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ
وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ
مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ – ال عمران :
14
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik (surga). ( QS. Ali Imran : 14
)
Ajaran Islam tidak melarang kita untuk mencintai tiga hal
tersebut. Yang diwanti-wanti dalam ajaran Islam menurut K.H. Shidiq Amien adalah
: Pertama, jangan sampai
kecintaan itu berubah menjadi sebuah penyakit,
yang disebut penyakit “ Hubbud Dunya “ , dimana salah satu
cirinya, orang itu tidak diberi rasa tenang,
tentram dan betah dalam ibadah, ( Berdo’a dan shalat tidak bisa tumaninah dan
khusyu’, selalu resah dan terburu-buru,
hadir pada Jum’atan dan pengajian
selalu ingin cepat selesai ) karena fikiran dan perasaan selalu
terganggu oleh urusan harta dan dunia.
Kedua,
Islam melarang jangan sampai akibat dari kecintaan yang berlebihan,
membuat kita lupa dzikir kepada Allah, seperti diingatkan oleh Allah :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا
تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ
ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ – المنافقون : 9
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa
yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. ( QS. Al-Munafiqun
: 9 )
Lupa dzikir kepada Allah bisa dalam pengertian lupa
beribadah dan bersyukur kepada Allah. Kita sering menyaksiakan ada orang
yang karena kecintaan kepada harta benda, sampai harus bekerja keras, banting
tulang, peras keringat, pergi pagi pulang malam,
hingga lupa shalat, tak sempat
ngaji, hatta shalat jum’at yang hanya sekali dalam seminggupun, ia sudah
tidak bisa menunaikannya. Tidak jarang
orang yang seperti itu akhirnya menjadi orang kaya tidak, urusan akhirat
tertinggal.
Allah swt sudah
mengingatkan :
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى- طه : 124
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya
pada hari kiamat dalam keadaan buta".
( QS. Thaha : 124 )
Lupa dzikir kepada Allah bisa juga dalam pengertian
melupakan hukum-hukum Allah dan Rasul-Nya. Banyak orang yang dalam upaya memenuhi
kecintaan kepada wanita, harta atau anak keturunan tidak memperdulikan
lagi batas-batas halal dan haram, hak
dan bathal. Merajalelanya prostitusi di
segala strata masyarakat dengan segala bentuk dan akibatnya, Mewabahnya
korupsi, dan kolusi. Untuk masuk sekolah, untuk diterima sebagai pegawai, untuk
naik pangkat, untuk dapat jabatan, tidak bisa dilakukan kecuali harus dengan
main suap. Orang merasa tidak bisa hidup layak, kaya dan senang kecuali
dengan korupsi, mencuri, menipu, berjudi, menjual diri, dsb.
Pada beberapa dekade terakhir ini, Manusia yang
menghambakan diri dengan uang atau mempertuhankan harta benda telah menjadi
sebuah paham dan kekuatan global yang dengan giat berusaha menularkan wabah dan
virus tersebut kepada setiap individu di seantero dunia. Sebuah kekuatan
bernama “ Kapitalisme Sekuler “. Sebuah sistem yang telah menjadi kekuatan
imperialisme baru atau “ Neo Imperialisme” . Adam Smith dalam The Wealth of Nation ( 1776 )
mengatakan : “ Jika tukang daging menjual dagingnya
kepada anda, itu bukan berarti dia belas kasihan kepada anda, melainkan karena
dia mengejar keuntungan sendiri. Bicaralah uang, karena hidup adalah uang. Itulah cita-cita
kapitalisme dan liberalisme.”
Keadaan mereka sebagaimana telah
digambarkan oleh Rasulullah saw.
يأتي
على الناس زمان همهم بطونهم وشرفهم متاعهم, وقبلتهم نساءهم , ودينهم دراهمهم و
دنانيرهم , أولئك شر الخلق لا خلق لهم عند الله – ر السلمي عن علي
Akan datang suatu masa dimana prioritas ( Jadi fikiran, obrolan
hidup) mereka adalah isi perut,( hanya buthun dan tidak perduli soal bathin,
alias rohani ) yang memuliakan mereka harta mereka; ( Orang dipandang mulia dan
sukses, hanya karena banyak hartanya, tinggi kedudukan sosialnya, banyak
gelarnya); kiblat mereka ( yang menjadi
pusat perhatian, arah fikiran adalah
syahwat kepada ) perempuan, agama mereka ( yang dipertuhan, sehingga berkeluh
kesah, bukan Allah, melainkan ) dirham dan dinar( rupiah dan dolar) ; Mereka itu
adalah sejelek-jelek makhluk, mereka tidak akan mendapat bagian di sisi Allah.(
Kelak di kemudian hari ) ( HR. As-Sulami dari Ali ra – Jam’ul Jawami’ 9 : 200 )
Hadits ini mengingatkan kita bahwa akan datang suatu masa
dimana yang jadi target hidup hanyalah kesenangan duniawi semata, duit, isi
perut, wanita, dan tahta. Penghargaan di antara mereka adalah sejauh mana
seseorang mendapat bagian-bagian seperti di atas yang lebih banyak. Mereka
cenderung membangga-banggakan diri dan sombong.
Orang-orang materialis dan
pragmatis sejatinya mereka tidak akan mengindahkan norma-norma agama. Yang
menjadi korban mereka adalah orang-orang yang jujur dan polos yang termakan
oleh dusta dan sumpah palsu mereka.
Bagaimana kalau kita mendapati
orang-orang dan jaman seperti keadaan di atas?
Alloh SWT telah memberikan
tuntunan kepada kita dengan firman-Nya :
وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَذَكِّرْ بِهِ أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ
لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلا شَفِيعٌ وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لا يُؤْخَذْ
مِنْهَا أُولَئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ
وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ (٧٠)
70. dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama mereka
sebagai main-main dan senda gurau dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia.
Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak
dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. tidak akan ada
baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at selain daripada Allah. dan
jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu
daripadanya. mereka Itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. bagi
mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih
disebabkan kekafiran mereka dahulu.
Berdasarkan
ayat di atas, kita diperintahkan untuk meninggalkan mereka. tidak terpengaruh
oleh gaya hidup mereka. Karena mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia yang
fana ini. Tetapi ada suatu hal yang tidak boleh kita tinggalkan yaitu terus
menerus mengingatkan mereka akan akibat yang akan menimpa mereka.
Dalam hadits disebutkan :
يأتي
على الناس زمان لا تطاق المعيشة فيهم إلا بالمعصية حتى يكذب الرجل ويحلف (كنز العمال في سنن الأقوال والأفعال 1/ 198)
Akan datang kepada manusia suatu zaman dimana orang tidak
bisa hidup pada masa itu kecuali dengan maksiat, sampai orang harus berdusta
dan bersumpah.
Kemudian
Rasulullah saw. memberikan petunjuk praktis dengan sabdanya :
فإذا
كان ذلك الزمان فعليكم بالهرب قيل يا رسول الله وإلى أين المهرب قال إلى الله وإلى
كتابه وإلى سنة نبيه
Apabila
kamu mendapati jaman seperti itu, maka hendaklah kamu berlari menjauhinya.
Ditanyakan kepada Rasulullah saw. “kemana tempat pelarian kita? Rasul menjawab
: Kepada kitab Alloh dan kepada Sunnah Nabi-Nya. (Kanzul umal: 1/198).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar