17 Januari 2019

Bersatulah Wahai Umat Islam



Oleh: Abu Hikam El-Hakim

            Perasaan bangga atas apa yang telah kita miliki, bangga atas prestasi yang telah diraih itu merupakan hal yang wajar dan manusiawi. Namun bagaimana jadinya kalau hal itu dilakukan secara berlebihan dengan membangga-banggakan diri dan cenderung merendahkan yang lain. Fenomena itu, akhir-akhir ini semakin menjadi, bangsa Indonesia sudah terjebak pada sikap fanatik buta  terhadap sukunya, rasnya, organisasi politiknya, bahkan tanah airnya. Masing-masing mereka tidak hanya suka membanggakan kelompok sendiri, tapi juga merendahkan kelompok lain. Sedemikian fanatiknya masing-masing mereka terhadap kelompok sendiri, seolah-olah mereka punya ‘akidah’: Kelompok kamilah yang selalu benar dan harus dibela mati-matian sampai titik darah penghabisan. Inilah yang disebut dalam agama Islam sebagai sikap ‘Ashabiyah.
            Menurut Ibn Manzhur, ‘ashabiyyah adalah ajakan seseorang untuk membela keluarga, tidak peduli keluarganya zalim maupun tidak, dari siapapun yang menyerang mereka. Menurutnya, penggunaan kata ‘ashabiyyah dalam hadis identik dengan orang yang menolong kaumnya, sementara mereka zalim (Ibn Mandzur, Lisan al-‘Arab,I/606 ). Benar atau salah tidak peduli yang penting itu golongan kami, tidak peduli kepentingan Islam. Mereka hanya peduli kepada kepentingan hawa nafsunya.
            Sikap seperti itulah yang oleh Rasulullah saw. dilarangnya, beliau bersabda :

لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى عَصَبِيَّة وليس منا من قاتل علي عصبية وليس منا من مات علي عصبية
Bukan termasuk umatku siapa saja yang menyeru orang pada ‘ashabiyah, bukan dari golongan kami orang yang berperang karena ashabiyyah, dan bukan dari golongan kami orang yang mati karena ashabiyyah (HR Abu Dawud).

            Oleh karena itu, jelas bahwa konsep loyalitas dan permusuhan (Al wala wal Barra) tidak dibangun di atas dasar keturunan, golongan, kelompok, atau identitas lainnya yang bersifat duniawi, karena dalam Islam, ikatan yang hakiki hanyalah ikatan akidah.

            Rasulullah saw pernah mengisyaratkan  sekaligus mengingatkan bahwa umat Islam akan terpecah belah menjadi banyak millah atau firqah,  dalam  beberapa hadits sebagai berikut :

أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ – ر ابوداود والترمذي

Aku berpesan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan ta’at (kepada pemimpin) meski dia seorang hamba habsyi. Sesungguhnya barangsiapa yang hidup sesudahku akan melihat perselisihan yang banyak. Maka hendaklah kalian berpegang dengan sunahku dan sunnah para khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah dengan kuat. Dan hati-hatilah dengan urusan yang diada-adakan, sesungguhnya setiap yang diada-adakan  (dalam agama) itu bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat. (HR.Abu Daud dan At-Tirmidzi).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَفَرَّقَتْ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ أَوْ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَالنَّصَارَى مِثْلَ ذَلِكَ وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً  - ر الترمذي

Dari Abi Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda :” Yahudi terpecah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua firqah, Demikian juga Kristen, dan akan pecah  umatku menjadi tujuh puluh tiga firqah.(HR. At-Tirmidzi).

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلَانِيَةً لَكَانَ فِي أُمَّتِي مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي  - ر الترمذي

Dari Abdillah bin Amer ra berkata, bersabda Rasulullah saw : Akan datang kepada umatku seperti yang pernah datang kepada Bani Israil setapak  demi setapak, sampai jika ada  di tengah mereka seseorang menggauli ibunya dengan terang-terangan, maka di tengah umatku akan ada yang berbuat begitu. Sesungguhnya Bani Israel pecah menjadi tujuh puluh dua millah, dan umatku akan pecah menjadi tujuh puluh tiga millah, semuanya di neraka kecuali satu millah. Mereka bertanya : Siapakah dia ya Rasulullah ? Beliau menjawab :  Mereka yang berpegang teguh kepada apa yang aku dan sahabatku pegang teguh. (HR. At-Tirmidzi).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَرَقَتْ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفَرَّقَتْ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً –ر ابو داود

Dari Abi Hurairah ra berkata, bersabda Rasulullah saw. Yahudi akan pecah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua firqah, dan Kristen akan pecah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua firqah, dan umatku akan pecah menjadi tujuh puluh tiga firqah. (HR. Abu Daud )

عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَرَقَتْ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً فَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَافْتَرَقَتْ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً فَإِحْدَى وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ هُمْ قَالَ الْجَمَاعَةُ- ابن ماجه

Dari Auf bin Malik ra berkata, bersabda Rasulullah saw : Yahudi pecah menjadi tujuh puluh satu firqah, satu firqah di surga dan tujuh puluh firqah di neraka, Kristen pecah menjadi tujuh puluh dua firqah,  tujuh puluh satu firqah di neraka dan satu firqah di surga.  Demi diri Muhammad yang ada pada kekuasaan-Nya umatku akan pecah menjadi tujuh puluh tiga firqah, satu firqah di surga dan tujuh puluh dua firqah di neraka.  Lalu ditanyakan :  Ya Rasulullah siapakah mereka itu ? Nabi saw menjawab : Al-Jama’ah.  ( HR. Ibnu Majah ).

            Dari hadits-hadits tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwa umat Islam akan pecah menjadi tujuh puluh tiga firqah atau millah, semua firqah atau millah itu masuk neraka kelak, kecuali satu firqah atau millah, dia itu Firqatun Najiyah ( Firqah yang selamat ) yaitu “ Al-Jama’ah “ yakni mereka yang berpegang teguh kepada apa yang Nabi saw dan para sahabatnya berpegang teguh, yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah.

            Karakteristik Al-Jamaa’ah  seperti dikatakan seorang ulama, memiliki kesatuan dalam masalah : akidah, ibadah, dan mu’amalah, karena rujukannya sama.

            Sudah selayaknya bagi kita untuk mengembalikan semua persoalan itu kepada hukum Allah, karena standar kebenaran dan keadilan dalam Islam hanyalah ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada satu orang atau golongan pun yang berhak mengklaim kebenaran tanpa memiliki landasan yang jelas.
            Mendahulukan hukum Allah dan Rasul-Nya, serta menjauhkan diri dari ashabiyah dan taklid buta merupakan kewajiban yang harus ditanamkan dalam diri setiap muslim. Sikap ridha terhadap kebenaran dari manapun datangnya adalah ciri dari ke-tawadhu-an seseorang. Sedangkan menolak kebenaran yang datang, apapun alasannya, apalagi sebagai sebuah upaya merendahkan orang lain, adalah bagian dari kesombongan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim :
عن حَارِثَةَ بْن وَهْبٍ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ قَالُوا بَلَى قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَعِّفٍ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ ثُمَّ قَالَ أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ.
Dari Haritsah bin Wahab RA, ia pernah mendengar Rasulullah SAW bertanya, "Maukah kalian aku beritahukan tentang penghuni surga?" Para sahabat menjawab, "Tentu kami mau ya Rasulullah." Kemudian Rasulullah SAW bersabda, "Yaitu setiap orang yang lemah dan yang selalu diremehkan orang lain. Apabila ia bersumpah dengan nama Allah, maka akan dikabulkan sumpahnya itu." Rasulullah SAW bertanya lagi, "Maukah kalian aku beritahukan tentang penghuni neraka?" Para sahabat menjawab, "Tentu kami mau ya Rasulullah." Rasulullah SAW bersabda, "Yaitu setiap orang yang besar mulut dan rakus, bengis, serta sombong." {Muslim 8/154}
            Wahai Umat Islam, marilah bersatu atas tujuan dan kepentingan Islam. Bukan tujuan kepentingan golongan apalagi pribadi. Kita berlindung kepada Allah dari sikap ashobiyyah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar