Oleh: Abu Hikam
El-Hakim
Perasaan
bangga atas apa yang telah kita miliki, bangga atas prestasi yang telah diraih
itu merupakan hal yang wajar dan manusiawi. Namun bagaimana jadinya kalau hal
itu dilakukan secara berlebihan dengan membangga-banggakan diri dan cenderung
merendahkan yang lain. Fenomena itu, akhir-akhir ini semakin menjadi, bangsa Indonesia
sudah terjebak pada sikap fanatik buta terhadap sukunya, rasnya, organisasi
politiknya, bahkan tanah airnya. Masing-masing mereka tidak hanya suka
membanggakan kelompok sendiri, tapi juga merendahkan kelompok lain. Sedemikian
fanatiknya masing-masing mereka terhadap kelompok sendiri, seolah-olah mereka
punya ‘akidah’: Kelompok kamilah yang selalu benar dan harus dibela
mati-matian sampai titik darah penghabisan. Inilah yang disebut dalam
agama Islam sebagai sikap ‘Ashabiyah.
Menurut
Ibn Manzhur, ‘ashabiyyah adalah ajakan seseorang untuk membela
keluarga, tidak peduli keluarganya zalim maupun tidak, dari siapapun yang
menyerang mereka. Menurutnya, penggunaan kata ‘ashabiyyah dalam
hadis identik dengan orang yang menolong kaumnya, sementara mereka zalim (Ibn
Mandzur, Lisan
al-‘Arab,I/606 ). Benar atau salah tidak peduli yang penting itu
golongan kami, tidak peduli kepentingan Islam. Mereka hanya peduli kepada
kepentingan hawa nafsunya.
Sikap
seperti itulah yang oleh Rasulullah saw. dilarangnya, beliau bersabda :
لَيْسَ
مِنَّا مَنْ
دَعَا إِلَى عَصَبِيَّة وليس منا من قاتل علي عصبية وليس منا من مات علي عصبية
Bukan termasuk umatku siapa saja yang menyeru orang pada
‘ashabiyah, bukan dari golongan kami orang yang berperang karena ashabiyyah,
dan bukan dari golongan kami orang yang mati karena ashabiyyah (HR
Abu Dawud).
Oleh
karena itu, jelas bahwa konsep loyalitas dan permusuhan (Al wala wal Barra)
tidak dibangun di atas dasar keturunan, golongan, kelompok, atau identitas
lainnya yang bersifat duniawi, karena dalam Islam, ikatan yang hakiki hanyalah
ikatan akidah.
Rasulullah saw pernah
mengisyaratkan sekaligus mengingatkan
bahwa umat Islam akan terpecah belah menjadi banyak millah atau firqah, dalam
beberapa hadits sebagai berikut :
أُوصِيكُمْ
بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ
مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ
بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا
بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ
فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ – ر ابوداود
والترمذي
Aku
berpesan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan ta’at (kepada
pemimpin) meski dia seorang hamba habsyi. Sesungguhnya barangsiapa yang hidup
sesudahku akan melihat perselisihan yang banyak. Maka hendaklah kalian
berpegang dengan sunahku dan sunnah para khulafaur Rasyidin yang mendapat
petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah dengan kuat. Dan
hati-hatilah dengan urusan yang diada-adakan, sesungguhnya setiap yang
diada-adakan (dalam agama) itu bid’ah,
dan setiap bid’ah itu sesat. (HR.Abu Daud dan At-Tirmidzi).
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
تَفَرَّقَتْ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ أَوْ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ
فِرْقَةً وَالنَّصَارَى مِثْلَ ذَلِكَ وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ
وَسَبْعِينَ فِرْقَةً - ر الترمذي
Dari
Abi Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda :” Yahudi terpecah menjadi tujuh
puluh satu atau tujuh puluh dua firqah, Demikian juga Kristen, dan akan
pecah umatku menjadi tujuh puluh tiga
firqah.(HR. At-Tirmidzi).
عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ
حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ
عَلَانِيَةً لَكَانَ فِي أُمَّتِي مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ وَإِنَّ بَنِي
إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ
أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا
مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا
عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي - ر الترمذي
Dari
Abdillah bin Amer ra berkata, bersabda Rasulullah saw : Akan datang kepada
umatku seperti yang pernah datang kepada Bani Israil setapak demi setapak, sampai jika ada di tengah mereka seseorang menggauli ibunya
dengan terang-terangan, maka di tengah umatku akan ada yang berbuat begitu.
Sesungguhnya Bani Israel pecah menjadi tujuh puluh dua millah, dan umatku akan
pecah menjadi tujuh puluh tiga millah, semuanya di neraka kecuali satu millah.
Mereka bertanya : Siapakah dia ya Rasulullah ? Beliau menjawab : Mereka yang berpegang teguh kepada apa yang
aku dan sahabatku pegang teguh. (HR. At-Tirmidzi).
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
افْتَرَقَتْ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً
وَتَفَرَّقَتْ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً
وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً –ر ابو داود
Dari
Abi Hurairah ra berkata, bersabda Rasulullah saw. Yahudi akan pecah menjadi
tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua firqah, dan Kristen akan pecah menjadi
tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua firqah, dan umatku akan pecah menjadi
tujuh puluh tiga firqah. (HR. Abu Daud )
عَنْ
عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ افْتَرَقَتْ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً فَوَاحِدَةٌ
فِي الْجَنَّةِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَافْتَرَقَتْ النَّصَارَى عَلَى
ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً فَإِحْدَى وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ
فِي الْجَنَّةِ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِي
عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ
وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ هُمْ قَالَ
الْجَمَاعَةُ- ابن ماجه
Dari
Auf bin Malik ra berkata, bersabda Rasulullah saw : Yahudi pecah menjadi tujuh
puluh satu firqah, satu firqah di surga dan tujuh puluh firqah di neraka,
Kristen pecah menjadi tujuh puluh dua firqah,
tujuh puluh satu firqah di neraka dan satu firqah di surga. Demi diri Muhammad yang ada pada
kekuasaan-Nya umatku akan pecah menjadi tujuh puluh tiga firqah, satu firqah di
surga dan tujuh puluh dua firqah di neraka.
Lalu ditanyakan : Ya Rasulullah
siapakah mereka itu ? Nabi saw menjawab : Al-Jama’ah. ( HR. Ibnu Majah ).
Dari hadits-hadits tersebut kita
bisa mengambil kesimpulan bahwa umat Islam akan pecah menjadi tujuh puluh tiga
firqah atau millah, semua firqah atau millah itu masuk neraka kelak, kecuali
satu firqah atau millah, dia itu Firqatun Najiyah ( Firqah yang selamat
) yaitu “ Al-Jama’ah “ yakni mereka yang berpegang teguh kepada apa yang
Nabi saw dan para sahabatnya berpegang teguh, yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Karakteristik
Al-Jamaa’ah seperti dikatakan seorang
ulama, memiliki kesatuan dalam masalah : akidah, ibadah, dan mu’amalah, karena
rujukannya sama.
Sudah
selayaknya bagi kita untuk mengembalikan semua persoalan itu kepada hukum
Allah, karena standar kebenaran dan keadilan dalam Islam hanyalah ketetapan
Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada satu orang atau golongan pun yang berhak
mengklaim kebenaran tanpa memiliki landasan yang jelas.
Mendahulukan hukum Allah dan
Rasul-Nya, serta menjauhkan diri dari ashabiyah dan taklid
buta merupakan kewajiban yang harus ditanamkan dalam diri setiap muslim. Sikap
ridha terhadap kebenaran dari manapun datangnya adalah ciri dari ke-tawadhu-an
seseorang. Sedangkan menolak kebenaran yang datang, apapun alasannya, apalagi
sebagai sebuah upaya merendahkan orang lain, adalah bagian dari kesombongan. Dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim :
عن حَارِثَةَ بْن وَهْبٍ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ قَالُوا
بَلَى قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَعِّفٍ لَوْ
أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ ثُمَّ قَالَ أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ
النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ.
Dari
Haritsah bin Wahab RA, ia pernah mendengar Rasulullah SAW bertanya, "Maukah
kalian aku beritahukan tentang penghuni surga?" Para sahabat menjawab,
"Tentu kami mau ya Rasulullah." Kemudian Rasulullah SAW bersabda, "Yaitu
setiap orang yang lemah dan yang selalu diremehkan orang lain. Apabila ia
bersumpah dengan nama Allah, maka akan dikabulkan sumpahnya itu." Rasulullah
SAW bertanya lagi, "Maukah kalian aku beritahukan tentang penghuni
neraka?" Para sahabat menjawab, "Tentu kami mau ya
Rasulullah." Rasulullah SAW bersabda, "Yaitu setiap orang yang
besar mulut dan rakus, bengis, serta sombong." {Muslim 8/154}
Wahai Umat Islam, marilah bersatu
atas tujuan dan kepentingan Islam. Bukan tujuan kepentingan golongan apalagi
pribadi. Kita berlindung kepada Allah dari sikap ashobiyyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar