Oleh: Abu Hikam El-Hakim
Islam diakui oleh siapapun, bukan hanya mengurus aturan akidah dan
ibadah, tetapi juga urusan muamalah. Kalau kita membuka kitab-kitab turats, maka kita tidak akan
kesulitan mendapatkan bab atau judul dan sub judul yang membahas masalah
kepemimpinan.
Kepemimpinan dalam Islam begitu pentingnya
karena dengannya dinul Islam akan tegak, dengannya syariat Islam dapat
dijalankan oleh penganutnya dengan sangat leluasa jauh dari penistaan bahkan
cibiran yang berpangkal dari penolakan dan kebencian terhadap syariat Islam.
Dan tanpa disadari oleh mereka, dengan membenci syariat Islam berarti mereka
telah membenci Alloh dan Rasul-Nya sebagai pembuat syariat (As Syaari’).
Akidah Islam yang bertolak dari kalimah “Tauhid” La Ilaha Illa Allah memberikan
paradigma yang jelas bagaimana seseorang memberikan loyalitasnya. Bagi orang yang benar-benar memahami dan
mendalami hakikat tauhid, dia akan jelas kemana arah wala dan baranya.
Wala di sini bukan hanya sekedar loyalitas terhadap Islam, tetapi siap
mendakwahkan dan memperjuangkannya. Di antara wujud dari al-wala adalah
taat terhadap pemimpin. Saking pentingnya sebuah ketaatan terhadap pemimpin,
sampai-sampai Rasulullah sallalahu alaihi wa sallam menyatakan :
"Barang siapa yang taat kepadaku, berarti
ia taat kepada Allah. Barang siapa yang durhaka kepadaku, berarti ia telah
durhaka kepada Allah. Barang siapa yang taat kepada pemimpin, berarti ia telah
taat kepadaku. Barang siapa yang durhaka kepada pemimpin, berarti ia telah
durhaka kepadaku." {Muslim 6/13}
Sedangkan bara sikap melepaskan diri
dari semua unsur pembelaan terhadap segala kekufuran, dan berusaha menolak
kedzaliman dan kebatilan tegak di muka bumi ini.
Rasulullah sallalahu alaihi wa sallam mengancam
bagi orang yang memilih pemimpin karena urusan dunia. Walanya hanya
karena ada yang dikejar, bisa berupa jabatan, kedudukan, atau dengan sesuatu
yang rendah, semisal hanya dibawa jalan-jalan ke luar negeri. Orang tersebut
kelak di akhirat Alloh tidak akan mengajak mereka berbicara, tidak mensucikan
mereka, dan bagi mereka siksa yang pedih (HR. Muslim 1/72).
Ada suatu masa yang dikhawatirkan oleh
Rasulullah sallalahu alaihi wa sallam, sebagaimana diriwayatkan dari
Abdullah bin Amr bin Al Ash RA, dia berkata, "Saya pernah mendengar
Rasulullah sallalahu alaihi wa sallam bersabda, 'Sesungguhnya Allah
Azza wa Jalla tidak akan menghapuskan ilmu agama dengan cara mencabutnya dari
hati umat manusia. Tetapi Allah akan menghapuskan ilmu agama dengan mewafatkan
para ulama, hingga tidak ada seorang ulama pun yang akan tersisa. Kemudian
mereka akan mengangkat para pemimpin yang bodoh. Apabila mereka, para pemimpin bodoh
itu dimintai fatwa, maka mereka akan berfatwa tanpa berlandaskan ilmu hingga
mereka tersesat dan menyesatkan.'' {Muslim 8/60}
Para ulama yang benar-benar ulama pewaris para Nabi telah tiada. Telah
tiada para ulama mujahid dan mujtahid yang berani mengingatkan para penguasa
yang menyimpang. Mereka tidak tergiur dengan urusan dunia, jabatan atau urusan
apapun yang membuat lidah mereka jadi kelu dalam menyuarakan yang hak.
Tinggallah para ulama jahat, ulama yang telah mati hati nuraninya dalam
menyuarakan yang hak dan tinggal pula pemimpin yang bodoh yaitu pemimpin yang
tidak tahu mana yang hak dan mana yang bathil. Inilah pemimpin
yang bodoh terhadap syariat Islam sehingga mereka menjadi tersesat dan
menyesatkan para rakyatnya. Dan yang lebih parah lagi, rakyatnya
mau dipimpin oleh pemimpin seperti itu. Bagaimana sikap kita sebagai rakyat
dalam menghadapi situasi dan kondisi seperti itu?
Batasan Wala dan Bara
Al-Wala dan Al-Bara terhadap pemimpin tidaklah mutlak,
masing-masing mempunyai batas hak dan kewajibannya. Di bawah ini kami sampaikan
beberapa keterangan dari Rasulullah sallalahu alaihi wa sallam mengenai
batasan Al-Wala dan Al-Bara sebagai berikut :
1.
Tetap Patuh dan Taat Kecuali
Jika Melihat Kekufuran yang Nyata
Dari Junadah bin Abu
Umayyah, dia berkata, "Pada suatu hari kami pernah menjenguk Ubadah bin
Shamit yang sedang sakit. Lalu kami bertanya kepadanya, "Hai Ubadah,
ceritakanlah kepada kami suatu hadits yang pernah kamu dengar dari Rasulullah
SAW. Mudah-mudahan Allah akan memberikan manfaat dan kebajikan kepadamu."
Lalu Ubadah bin Shamit mulai bercerita, "Rasulullah memanggil kami.
Kemudian kami pun membaiat beliau. Di antara yang beliau tekankan kepada kami
ialah supaya kami bersumpah untuk selalu tunduk dan taat dalam keadaan suka
maupun duka, dalam keadaan kesulitan ataupun kemudahan, bahkan dalam keadaan
yang harus mengalahkan kepentingan kami sekalipun. Selain itu, ditekankan juga
kepada kami agar tidak mempersoalkan suatu perkara yang telah berada di tangan
ahlinya. Selanjutnya beliau bersabda, "Kecuali jika kamu melihat
kekufuran yang jelas-jelas berada di sampingmu dan mengabaikan kepentingan
Allah" {Muslim 6/17}
2.
Taat kepada para Pemimpin, Meskipun Mereka Tidak Memberikan Hak
Dari Wa'il Al Hadhrami, dia berkata,
"Salama bin Yazid Al Ju'fi pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, "Ya
Rasulullah, bagaimana menurut pendapat engkau jika ada para pemimpin di tengah-tengah kami yang selalu menuntut haknya kepada kami,
tetapi mereka sendiri enggan untuk memberikan hak kami yang ada pada mereka.
Apakah yang akan engkau perintahkan kepada kami saat itu?" Ternyata,
setelah mendengar pertanyaan tersebut, Rasulullah malah berpaling darinya.
Bahkan ketika pertanyaan itu diulang sampai tiga kali, beliau masih tetap saja terdiam
dan tidak memberikan komentarnya. Setelah didesak oleh Asy'ats bin Qais,
akhirnya beliau menjawab pertanyaan tersebut dan bersabda, "Kalian
harus tetap patuh dan taat. Karena, bagaimanapun, mereka akan menanggung
perbuatan mereka sendiri dan kalian juga akan menanggung perbuatan kalian
sendiri." Dalam satu riwayat Wa'il berkata, "Al Asy'ats
mendesaknya, maka Rasulullah SAW bersabda, 'Taatilah dan patuhilah,
sesungguhnya atas mereka apa yang telah mereka perbuat dan atas kamu apa yang
telah kamu perbuat.' {Muslim 6/19}
3. Tidak Ada Ketaatan dalam Kemaksiatan kepada Allah,
Ketaatan Itu Hanya Ada dalam Perbuatan yang Ma'ruf (baik)
Dari Ali RA, bahwasanya Rasulullah SAW pernah mengutus
satu pasukan dan menunjuk salah seorang sebagai pemimpin mereka. Lalu, pada
suatu ketika, komandan tersebut menyalakan api seraya berkata kepada mereka,
para anak buahnya, "Masuklah kalian ke dalam api itu!" Ternyata, ada
beberapa orang anak buah yang mematuhi perintahnya dan bermaksud ingin masuk ke
dalam api tersebut. Namun, ada pula sebagian dari mereka yang menolak dan
berkata kepada sang komandan, "Kami menolak perintah itu dan kami akan
lari menghindar dari api tersebut!" Ketika peristiwa itu dilaporkan kepada
Rasulullah SAW, ternyata beliau berkata kepada mereka yang mematuhi perintah
komandan tersebut, "Kalau saja kalian tetap mematuhi perintah komandan
kalian dan memasuki api tersebut, maka sampai hari kiamat pun kalian akan tetap
berada di sana." Sedangkan kepada mereka yang menolak dan membangkang
perintah komandan tersebut, Rasulullah berkata dengan kata-kata yang baik, "Tidak
ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanyalah
pada yang ma'ruf (hal-hal yang baik)' {Muslim 6/15}
4.
Menolak
Perintah para Pemimpin dan
Tidak Memerangi Mereka Selama Mereka Melaksanakan Shalat
Dari
Ummu Salamah RA, istri Rasulullah SAW, bahwasanya Rasulullah telah bersabda, "Sesungguhnya
ada beberapa pemimpin yang akan ditugaskan untuk memimpinmu. Tetapi kamu tidak
menyukai mereka dan bahkan mengingkari perintahnya. Barang siapa yang tidak
menyukainya, maka ia akan terbebas dari dosa. Barang siapa yang mengingkarinya,
maka ia akan selamat, kecuali orang yang rela dan mau mengikutinya" Para
sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, bolehkah kami memerangi pemimpin-pemimpin
seperti itu?" Rasulullah SAW menjawab, "Tidak boleh, selama mereka
masih tetap melaksanakan shalat" (Maksudnya, barang siapa yang
membenci dengan hatinya, maka ia boleh mengingkari dengan hatinya pula). {Muslim
6/23}
5.
Tetap untuk Bersabar dalam Menghadapi Pemimpin
yang Egois
Dari Usaid bin Hudhair, bahwasanya ada seorang
lelaki dari kaum Anshar yang datang menemui Rasulullah SAW dan bertanya,
"Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak menugasi saya sebagaimana engkau
telah menugasi si fulan?" Rasulullah pun menjawab, "Sepeninggalku
kelak, kamu akan mendapatkan para pemimpin yang egois. Oleh karena itu,
bersabarlah hingga kita bertemu di telaga surga nanti!" {Muslim
6/19}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar