Oleh: Ihsan Setiadi Latief
Sebagai sebuah ideologi,
walaupun komunisme sudah dilarang di Indonesia sejak lama, pendukungnya tetap
ada. Mungkin kaum komunis belum berani muncul secara terang-terangan saat ini.
Namun bukan berarti mereka diam. Bila saatnya mereka rasakan sudah tepat, pasti
mereka akan muncul kembali. Tulisan ini akan mengulas beberapa indikasi yang
menunjukkan bahwa sekarang kaum komunis tengah mulai mencari-cari kesempatan
untuk menghidupkan ideologi mereka. Seperti yang diungkapkan ketua CCPKI
Sudisma dalam sidang mahkamah militer luar biasa (Mahmilub) 1967, “Jika saya
mati, bukannya PKI ikut mati. Tidak sama sekali tidak. Walaupun PKI sekarang
sudah rusak berkeping-keping, saya yakin ini hanya sementara. dalam
proses sejarah, nanti PKI tumbuh kembali. Sebab PKI adalah anak zaman yang
dilahirkan oleh zaman.“
Indikasi mulai bangkitnya
komunisma dimulai sejak kejatuhan rezim Suharto. Mudahnya menggelar demonstrasi
di era Reformasi ini membuat komunisme mudah pula untuk meyusup.
Lambang-lambang komunis, palu dan arit, mudah ditemukan di atribut-atribut anak
muda yang suka berdemonstrasi. Kalau pun bukan lambang itu, foto-foto Marx dan
Engels sebagai penggagas komunisme banyak terpampang pada kaos-kaos mereka.
Slogan-slogan demonstrasi pun
sudah mulai berbau komunisme:buruh bersatu tak bisa dilawan, rakyat bersatu tak
bisa dikalahkan, dan yang semacamnya. Komunisme pun ditengarai sudah menyusup
dengan bentuk baru. Beberapa pihak mulai menyebut fenomena ini sebagai KGB (Komunis
Gaya Baru).
Di tengah-tengah euforia
reformasi ini juga, atas nama demokrasi, HAM dan keterbukaan, Tap MPRS No.
25/1996 yang berisi larangan komunisme dan UU no. 27 tahun1999 tentang larangan
penyebaran paham Marxisme-Leninisme (komunisme) dipersoalkan dan dituntut untuk
dicabut. Menurut mereka, TAP MPRS dan undang-undang itu menindas hak asasi
manusia, sedangkan Indonesia termasuk negara yang menandatangani piagam HAM
PBB, lalu mengapa TAP MPRS dan UU itu dipertahankan. Begitulah kilah mereka.
Lalu para tokoh dan simpatisan
PKI itu ramai-ramai menerbitkan buku sesuai kisah masing-masing. Misalnya
Hersri Setiawan, mantan aktivis Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat PKI)
menulis Memoar Pulau Buru; Hasan Raid menulis Pergulatan
Muslim-Komunis; Kresno Saroso menulis Dari Salemba ke Pulau Buru;
Haji Ahmadi Moestahal menulis Dari Gontor ke Pulau Buru, dan Abdul
Latief menulis Pledoi Latief; Soeharto Terlibat G30S dll.
Beberapa buku sejarah untuk
sekolah formal mulai menghapuskan peristiwa pemberontakan PKI 1948 dan mencoba
mengaburkan peristiwa G30S dengan menghilangkan singkatan PKI di belakangnya. Tercatat
lebih dari 13 buku teks kurikulum pelajaran untuk tingkat SMP dan SMA tahun
2004 yang tidak mencantumkan aksi pemberontakan PKI pada tahun 1948 dan 1965
menjadi buku acuan pelajaran dan beredar di masyarakat. Belakangan, buku-buku
aneh tersebut telah ditarik dari sekolah-sekolah.
Yang dianggap menjadi ikon
mulai berhembusnya lagi angin komunisme ini ialah saat seorang anggoata DPR
RI dari Fraksi PDIP Ribka Tjiptaning meluncurkan bukunya pada awal
Oktober 2002 dengan judul Aku Bangga Jadi Anak PKI. pada pertengahan
2006, dia meluncurkan buku kedua dengan judul Anak PKI Menjadi Anggota
Parlemen.
Kongres PKI di masa orde lama
merupakan kongres yang ke VII di Blitar pada tahun 1965. Sedangkan di masa orde
reformasi, sudah berlangsung beberapa Kongres PKI. Pada tahun 2000 berlangsung
kongres ke VIII di Sukabumi Selatan Jawa Barat, dan kongres kesembilan di
adakan di Cianjur Selatan, Jawa Barat, 2006. Sementara kongres yang ke X
berlangsung di Desa Ngabrak Magelang, Jawa Tengah, 2010 dengan kamuflase
Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik.
Kongres PKI ke X ini
menghasilkan pengurus yang dipimpin oleh Wahyu Setiaji (DN Aidit yunior) dan
Teguh Karyadi (Nyoto muda). Sementara PRD hasil kongres VIII dipimpin oleh Agus
Jabo, sebagai Ketua Umum dan Dominggus Oktavianus sebagai Sekretaris Jenderal
Partai Rakyat Demokratik (PRD/PKI).
Menjelang Reformasi muncul buku
harian seorang kader Gerwani Muda, yang bernama Dita Indah Sari tertanggal 16
April 1996 yang berisi: ”Partai sudah berdiri, Well, 31 tahun terkubur,
dibantai, dihina, dibunuh, dilarang, diawasi, dikhianati, sekarang dibangun
lagi”.
Pernah dideklarasikan Partai
Persatuan Pembebasan Nasional (Papernas). Ada dugaan partai ini mengusung
ide-ide komunis. Anggapan ini datang setelah melihat cara-cara gerakan partai
ini selalu mengusung kemiskinan dan masalah sosial sebagai agenda utamanya. Ketua
majelis pertimbangan Papernas, Dita Indah Sari mengatakan bahwa kelompoknya
memang mengakui berhaluan kiri. Namun dirinya mengelak jika disebut berpaham
komunis
Regenerasi PKI, semakin menguat
ketika para diaspora PKI, yang kembali ke Indonesia setelah masa pelarian
bertahun-tahun di luar negeri, berani muncul terang-terangan menuntut
rehabilitasi pada pemerintah
Munculnya aliran-aliran sesat
seperti Alqur`an Suci, Al-Qiyadah Islamiyah, Syiah, Ahmadiyah ditengarai juga
dihembuskan oleh pihak-pihak yang menginginkan komunisme muncul kembali.
Menurut penuturan orang tua yang dulu mengalami peristiwa 1965, keadaan ini
serupa pada waktu itu. Saat itu, muncul aliran-aliran menyimpang yang
menjanjikan datangnya ratu adil atau Al-Masih.
Pada tahun 2015, pemerintahan
Jokowi mengarahkan pembangunan infrastruktur skala besar di bidang maritim,
transportasi darat dan pertanian. Pembangunan di tiga bidang ini sepintas
menunjukkan keberpihakan pada rakyat. Tapi ada sebagian kalangan yang
mencurigai adanya target tersembunyi program pencarian dana raksasa dari proyek
tersebut, yang akan dikelola oleh para taipan, dan kelak dialirkan ke
perjuangan kebangkitan komunis di Indonesia.
Pengucuran dana ini adalah awal
penguasaan Cina di tanah air. Nantinya Indonesia akan mirip Hong Kong. Dilihat
dari mudahnya para pekerja kasar Cina masuk ke Indonesia dan nantinya akan ada
ekspansi besar-besaran Rakyat Cina ke Indonesia yang membuat warga Pribumi tersingkirkan.
Masuknya Cina juga diduga akan
menyebarkan ideologi komunis ke Indonesia sebagai konsekuensi kerja sama kedua
negara. Ideologi komunis Cina akan mudah menyebar di Indonesia. Memang ada yang
membantah, sistem ekonomi Cina sudah kapitalis sehingga komunis tidak laku.
Tapi perlu diingat, ekspansi ideologi itu tidak akan pernah mati.
Indikasi ke arah sana misalnya
dikuatkan dengan beberapa peristiwa antara lain: Kunjungan pertama kali ke Luar
Negeri sejak awal dilantik sebagai Presiden adalah kunjungan ke RRC, yang
penguasanya adalah Partai Komunis; memfasilitasi Konsolidasi Korban 1965,
melalui Menkopolkam Luhut B Panjaitan; menerima Delegasi Partai Komunis Cina di
Kantor Presiden dengan merumuskan berbagai komitmen; menugaskan Menkopolkam utk
mengusut kuburan korban 1965, PKI untuk bukti rencana Pemerintah
mengeluarkan Pernyataan Minta Maaf Pemerintah thdp para korban 1965; dan membiarkan
adanya rencana Apel Besar HUT PKI di GBK.
Apakah semua itu menandakan
Komunis benar-benar akan bangkit lagi di Indonesia dengan dukungan penguasa?
Pastinya tentu Allah Swt. lebih tahu. Yang paling penting buat kita saat ini
adalah terus meningkatkan kewaspadaan kebangkitan kembali komunisme yang
merupakan salah satu musuh besar Islam dan umat Islam. Wallahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar