08 Desember 2016

WASPADA KOMUNIS BANGKIT LAGI!


Oleh: Ihsan Setiadi Latief 
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTqgvyRtL34Eqnu6BF6b6zRPeEIe9IkA0VnzLknZgSVRFKDg_6CeA
Sebagai sebuah ideologi, walaupun komunisme sudah dilarang di Indonesia sejak lama, pendukungnya tetap ada. Mungkin kaum komunis belum berani muncul secara terang-terangan saat ini. Namun bukan berarti mereka diam. Bila saatnya mereka rasakan sudah tepat, pasti mereka akan muncul kembali. Tulisan ini akan mengulas beberapa indikasi yang menunjukkan bahwa sekarang kaum komunis tengah mulai mencari-cari kesempatan untuk menghidupkan ideologi mereka. Seperti yang diungkapkan ketua CCPKI Sudisma dalam sidang mahkamah militer luar biasa (Mahmilub) 1967, “Jika saya mati, bukannya PKI ikut mati. Tidak sama sekali tidak. Walaupun PKI sekarang sudah rusak berkeping-keping, saya yakin ini hanya sementara. dalam  proses sejarah, nanti PKI tumbuh kembali. Sebab PKI adalah anak zaman yang dilahirkan oleh zaman.“
Indikasi mulai bangkitnya komunisma dimulai sejak kejatuhan rezim Suharto. Mudahnya menggelar demonstrasi di era Reformasi ini membuat komunisme mudah pula untuk meyusup. Lambang-lambang komunis, palu dan arit, mudah ditemukan di atribut-atribut anak muda yang suka berdemonstrasi. Kalau pun bukan lambang itu, foto-foto Marx dan Engels sebagai penggagas komunisme banyak terpampang pada kaos-kaos mereka.
Slogan-slogan demonstrasi pun sudah mulai berbau komunisme:buruh bersatu tak bisa dilawan, rakyat bersatu tak bisa dikalahkan, dan yang semacamnya. Komunisme pun ditengarai sudah menyusup dengan bentuk baru. Beberapa pihak mulai menyebut fenomena ini sebagai KGB (Komunis Gaya Baru).
Di tengah-tengah euforia reformasi ini juga, atas nama demokrasi, HAM dan keterbukaan, Tap MPRS No. 25/1996 yang berisi larangan komunisme dan UU no. 27 tahun1999 tentang larangan penyebaran paham Marxisme-Leninisme (komunisme) dipersoalkan dan dituntut untuk dicabut. Menurut mereka, TAP MPRS dan undang-undang itu menindas hak asasi manusia, sedangkan Indonesia termasuk negara yang menandatangani piagam HAM PBB, lalu mengapa TAP MPRS dan UU itu dipertahankan. Begitulah kilah mereka.
Lalu para tokoh dan simpatisan PKI itu ramai-ramai menerbitkan buku sesuai kisah masing-masing. Misalnya Hersri Setiawan, mantan aktivis Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat PKI) menulis Memoar Pulau Buru; Hasan Raid menulis Pergulatan Muslim-Komunis; Kresno Saroso menulis Dari Salemba ke Pulau Buru; Haji Ahmadi Moestahal menulis Dari Gontor ke Pulau Buru, dan Abdul Latief menulis Pledoi Latief; Soeharto Terlibat G30S dll.
Beberapa buku sejarah untuk sekolah formal mulai menghapuskan peristiwa pemberontakan PKI 1948 dan mencoba mengaburkan peristiwa G30S dengan menghilangkan singkatan PKI di belakangnya. Tercatat lebih dari 13 buku teks kurikulum pelajaran untuk tingkat SMP dan SMA tahun 2004 yang tidak mencantumkan aksi pemberontakan PKI pada tahun 1948 dan 1965 menjadi buku acuan pelajaran dan beredar di masyarakat. Belakangan, buku-buku aneh tersebut telah ditarik dari sekolah-sekolah.
Yang dianggap menjadi ikon mulai berhembusnya lagi angin komunisme ini ialah saat seorang anggoata DPR RI  dari Fraksi PDIP Ribka Tjiptaning meluncurkan bukunya pada awal Oktober 2002 dengan judul Aku Bangga Jadi Anak PKI. pada pertengahan 2006, dia meluncurkan buku kedua dengan judul Anak PKI Menjadi Anggota Parlemen.
Kongres PKI di masa orde lama merupakan kongres yang ke VII di Blitar pada tahun 1965. Sedangkan di masa orde reformasi, sudah berlangsung beberapa Kongres PKI. Pada tahun 2000 berlangsung kongres ke VIII di Sukabumi Selatan Jawa Barat, dan kongres kesembilan di adakan di Cianjur Selatan, Jawa Barat, 2006. Sementara kongres yang ke X berlangsung di Desa Ngabrak Magelang, Jawa Tengah, 2010 dengan kamuflase Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik.
Kongres PKI ke X ini menghasilkan pengurus yang dipimpin oleh Wahyu Setiaji (DN Aidit yunior) dan Teguh Karyadi (Nyoto muda). Sementara PRD hasil kongres VIII dipimpin oleh Agus Jabo, sebagai Ketua Umum dan Dominggus Oktavianus sebagai Sekretaris Jenderal Partai Rakyat Demokratik (PRD/PKI).
Menjelang Reformasi muncul buku harian seorang kader Gerwani Muda, yang bernama Dita Indah Sari tertanggal 16 April 1996 yang berisi: ”Partai sudah berdiri, Well, 31 tahun terkubur, dibantai, dihina, dibunuh, dilarang, diawasi, dikhianati, sekarang dibangun lagi”.
Pernah dideklarasikan Partai Persatuan Pembebasan Nasional (Papernas). Ada dugaan partai ini mengusung ide-ide komunis. Anggapan ini datang setelah melihat cara-cara gerakan partai ini selalu mengusung kemiskinan dan masalah sosial sebagai agenda utamanya. Ketua majelis pertimbangan Papernas, Dita Indah Sari mengatakan bahwa kelompoknya memang mengakui berhaluan kiri. Namun dirinya mengelak jika disebut berpaham komunis
Regenerasi PKI, semakin menguat ketika para diaspora PKI, yang kembali ke Indonesia setelah masa pelarian bertahun-tahun di luar negeri, berani muncul terang-terangan menuntut rehabilitasi pada pemerintah
Munculnya aliran-aliran sesat seperti Alqur`an Suci, Al-Qiyadah Islamiyah, Syiah, Ahmadiyah ditengarai juga dihembuskan oleh pihak-pihak yang menginginkan komunisme muncul kembali. Menurut penuturan orang tua yang dulu mengalami peristiwa 1965, keadaan ini serupa pada waktu itu. Saat itu, muncul aliran-aliran menyimpang yang menjanjikan datangnya ratu adil atau Al-Masih.
Pada tahun 2015, pemerintahan Jokowi mengarahkan pembangunan infrastruktur skala besar di bidang maritim, transportasi darat dan pertanian. Pembangunan di tiga bidang ini sepintas menunjukkan keberpihakan pada rakyat. Tapi ada sebagian kalangan yang mencurigai adanya target tersembunyi program pencarian dana raksasa dari proyek tersebut, yang akan dikelola oleh para taipan, dan kelak dialirkan ke perjuangan kebangkitan komunis di Indonesia.
Pengucuran dana ini adalah awal penguasaan Cina di tanah air. Nantinya Indonesia akan mirip Hong Kong. Dilihat dari mudahnya para pekerja kasar Cina masuk ke Indonesia dan nantinya akan ada ekspansi besar-besaran Rakyat Cina ke Indonesia yang membuat warga Pribumi tersingkirkan.
Masuknya Cina juga diduga akan menyebarkan ideologi komunis ke Indonesia sebagai konsekuensi kerja sama kedua negara. Ideologi komunis Cina akan mudah menyebar di Indonesia. Memang ada yang membantah, sistem ekonomi Cina sudah kapitalis sehingga komunis tidak laku. Tapi perlu diingat, ekspansi ideologi itu tidak akan pernah mati.
Indikasi ke arah sana misalnya dikuatkan dengan beberapa peristiwa antara lain: Kunjungan pertama kali ke Luar Negeri  sejak awal dilantik sebagai Presiden adalah kunjungan ke RRC, yang penguasanya adalah Partai Komunis; memfasilitasi Konsolidasi Korban 1965, melalui Menkopolkam Luhut B Panjaitan; menerima Delegasi Partai Komunis Cina di Kantor Presiden dengan merumuskan berbagai komitmen; menugaskan Menkopolkam utk mengusut kuburan korban 1965, PKI  untuk bukti rencana Pemerintah mengeluarkan Pernyataan Minta Maaf Pemerintah thdp para korban 1965; dan membiarkan adanya rencana Apel Besar HUT PKI di GBK.
Apakah semua itu menandakan Komunis benar-benar akan bangkit lagi di Indonesia dengan dukungan penguasa? Pastinya tentu Allah Swt. lebih tahu. Yang paling penting buat kita saat ini adalah terus meningkatkan kewaspadaan kebangkitan kembali komunisme yang merupakan salah satu musuh besar Islam dan umat Islam. Wallahu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar