Oleh: Abu Hikam El-Hakim
Kepemimpinan baik dari level RT 1 sampai RI
1 maupun dalam sebuah organisasi dan instansi, di manapun itu jabatannya
merupakan sebuah amanah yang tidak boleh dikhianati. Rasulullah sallalahu
alaihi wa sallam menyatakan bahwa jabatan itu kelak akan menjadi penyesalan
dan kehinaan kalau tidak dilaksanakan semestinya. Ciri-ciri pemimpin yang baik
dan yang buruk cukuplah satu pernyataan dari Rasulullah sallalahu alaihi wa
sallam sebagai berikut :
خِيَارُ أَئِمَّتِكُمْ
الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ
عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ
وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ …
"Para pemimpinmu yang baik adalah mereka yang kamu cintai dan
mereka pun mencintaimu; mereka mendoakan kamu dan kamu pun mendoakan mereka. Sedangkan
para pemimpinmu yang jahat adalah mereka yang kamu benci dan mereka pun
membencimu; kamu mengutuk mereka dan merekapun mengutukmu." …{Muslim 6/24}
Atas dasar apa kita mencintai seorang
pemimpin? Apakah karena pemberiannya, atau karena agamanya? Dan siapakah
pemimpin yang mencintai rakyatnya? Apakah yang menaikkan pajak, tarif listrik,
BBM atau yang suka blusukan sebagai pencintraan belaka?
Kita benar-benar mendambakan pemimpin yang
betul-betul mencintai kita, bukan sekedar kamuflase. Khalifah Umar bin Khotob
betul-betul blusukan dan dari blusukan tersebut menghasilkan keputusan yang
menyenangkan rakyatnya. Pernah suatu hari Umar jalan-jalan ke suatu kampung, tiba-tiba
terdengar syair ratapan seorang istri yang ditinggal oleh suaminya ke medan
perang. Istri tersebut merasa terlalu lama ditinggal suaminya yaitu sekitar
enam bulan. Maka Umar meneliti berapa lama kekuatan istri maksimalnya
ditinggalkan suami. Kemudian dihasilkan jawaban sekitar tiga bulan. Maka dari
situ khalifah memutuskan dan mengumumkan bahwa pergantian tentara ke medan
perang dirubah menjadi tiga bulan sekali.
Itulah sebagai contoh semangat blusukan yang dilaksanakan oleh Umar,
bukan untuk pencitraan diri tetapi benar-benar untuk merasakan bagaimana
problematika yang dihadapi rakyatnya kemudian diambil jalan keluarnya.
Kita pun mendambakan pemimpin yang siang
malam berdoa untuk keselamatan dan kesejahteraan rakyatnya Ada suatu riwayat bahwa malapetaka terhindar
dari suatu kaum karena doa pemimpinnya. Sebaliknya kita tidak berharap dapat
pemimpin dan rakyat saling membenci, saling menyebarkan hoax.
Keutamaan dan Ancaman Bagi Para Pemimpin
1. Orang
yang Diberi Jabatan dan Ia Mampu Berlaku Adil
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ
مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ
الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا
Dari Abdullah bin Umar RA, dia
berkata, "Rasulullah SAW telah bersabda, 'Sesungguhnya para pemimpin yang
adil, di sisi Allah, akan berada di atas mimbar yang terbuat dari cahaya.
Mereka akan berada di sebelah kanan Dzat Yang Maha Pemurah, dan kedua tangannya
juga berada disebelah kanan-Nya. Mereka itulah orang-orang yang berlaku adil
terhadap ketentuan hukum, rakyat, dan terhadap kekuasaan yang dilimpahkan
kepada mereka.''" {Muslim 6/7}
2. Apabila
Seorang Pemimpin Memerintahkan untuk Bertakwa kepada Allah dan Berlaku Adil,
maka Ia akan Memperoleh Ganjaran Pahala
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا
الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ
بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ وَإِنْ
يَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ
Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi Muhammad SAW, beliau
telah bersabda, "Sesungguhnya seorang pemimpin itu bagaikan perisai. Ia
akan dimusuhi dari belakang dan ditakuti (dari depan). Apabila ia memerintahkan
kaumnya untuk bertakwa kepada Allah Yang Maha Agung lagi Maha Mulia dan berlaku
adil, maka dari itu ia akan memperoleh pahala. Tetapi, apabila ia memerintahkan
pada perbuatan yang lainnya, maka ia pasti akan menerima balasan sesuai
perintahnya tersebut." {Muslim 6/17}
3. Orang yang Diberi Jabatan, kemudian Ia Membebankan (Menyusahkan)
atau Bersikap Lembut
عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ شِمَاسَةَ قَالَ أَتَيْتُ عَائِشَةَ أَسْأَلُهَا عَنْ شَيْءٍ
فَقَالَتْ مِمَّنْ أَنْتَ فَقُلْتُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ مِصْرَ فَقَالَتْ كَيْفَ
كَانَ صَاحِبُكُمْ لَكُمْ فِي غَزَاتِكُمْ هَذِهِ فَقَالَ مَا نَقَمْنَا مِنْهُ
شَيْئًا إِنْ كَانَ لَيَمُوتُ لِلرَّجُلِ مِنَّا الْبَعِيرُ فَيُعْطِيهِ
الْبَعِيرَ وَالْعَبْدُ فَيُعْطِيهِ الْعَبْدَ وَيَحْتَاجُ إِلَى النَّفَقَةِ
فَيُعْطِيهِ النَّفَقَةَ فَقَالَتْ أَمَا إِنَّهُ لَا يَمْنَعُنِي الَّذِي فَعَلَ
فِي مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ أَخِي أَنْ أُخْبِرَكَ مَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي بَيْتِي هَذَا اللَّهُمَّ
مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ
وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ
Dari Abdurrahman bin Syumasah, dia berkata, "Saya pernah
menemui Aisyah untuk menanyakan sesuatu kepadanya." Kemudian ia -Aisyah
binti Abu Bakar- bertanya kepada saya, "Siapakah kamu?" Saya
menjawab, "Saya adalah seorang lelaki dari negeri Mesir." Lalu ia
bertanya lagi kepada saya, "Bagaimanakah sikap pemimpin negerimu di
sana?" Saya menjawab, "Menurut hemat saya, kami semua menyukainya. Ia
sangat baik hati dan dermawan. Apabila ada seseorang di antara kami yang
untanya mati, maka ia pun akan menggantinya dengan unta yang lain. Begitu pula
halnya apabila ada seseorang di antara kami yang budaknya meninggal dunia, maka
ia pun akan menggantinya dengan budak yang lain. Bahkan, ia tidak segan-segan
untuk memberikan bantuan kepada rakyat yang membutuhkannya," Aisyah
berkata, "Sungguh saya tidak peduli terhadap apa yang telah dilakukan
kepada Muhammad bin Abu Bakar, saudaraku sendiri. Tetapi, di sini, saya hanya
hendak memberitahukan sesuatu yang pernah saya dengar langsung dari Rasulullah
kepadamu. Pada suatu ketika, beliau pernah berdoa di dalam rumah saya ini, "Ya
Allah, barang siapa yang menjadi pemimpin umatku dalam suatu hal, lalu ia
menyusahkan mereka, maka balaslah perbuatannya itu dengan kesusahan. Dan barang
siapa yang menjadi pemimpin umatku dalam suatu hal, lalu ia bersikap lembut
terhadap mereka, maka berikanlah kelembutan (kasih sayang) kepadanya" {Muslim
6/7}
4.
Apa yang Disembunyikan para Pemimpin adalah Penghianatan
عَنْ عَدِيِّ
بْنِ عَمِيرَةَ الْكِنْدِيِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ اسْتَعْمَلْنَاهُ مِنْكُمْ عَلَى عَمَلٍ
فَكَتَمَنَا مِخْيَطًا فَمَا فَوْقَهُ كَانَ غُلُولًا يَأْتِي بِهِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ قَالَ فَقَامَ إِلَيْهِ رَجُلٌ أَسْوَدُ مِنْ الْأَنْصَارِ كَأَنِّي
أَنْظُرُ إِلَيْهِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ اقْبَلْ عَنِّي عَمَلَكَ قَالَ
وَمَا لَكَ قَالَ سَمِعْتُكَ تَقُولُ كَذَا وَكَذَا قَالَ وَأَنَا أَقُولُهُ
الْآنَ مَنْ اسْتَعْمَلْنَاهُ مِنْكُمْ عَلَى عَمَلٍ فَلْيَجِئْ بِقَلِيلِهِ
وَكَثِيرِهِ فَمَا أُوتِيَ مِنْهُ أَخَذَ وَمَا نُهِيَ عَنْهُ انْتَهَى
Dari Adi bin 'Amirah Al Kindi, dia berkata, "Saya
pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa di antara kalian
yang aku tugaskan untuk melakukan suatu pekerjaan, lalu ia menyembunyikan
sebatang jarum atau yang lebih kecil darinya, maka perbuatannya itu akan
termasuk hasil korupsi yang akan dipertanggung jawabkannya pada hari kiamat
kelak.' Tiba-tiba seorang lelaki berkulit hitam yang berasal dari kaum
Anshar berdiri mendekat kepada Rasulullah SAW seraya berkata, "Ya
Rasulullah, kalau begitu saya akan tarik kembali tugas yang pernah engkau
berikan kepada saya." Rasulullah terkejut dan balik bertanya, "Ada
apa denganmu?" Sahabat Anshar itu menjawab, "Saya telah mendengar
bahwasanya engkau bersabda begini dan begitu." Rasulullah SAW paham dan
akhirnya berkata, "Baiklah. Kalau begitu akan saya nyatakan sekarang
bahwa barang siapa di antara kalian yang aku tugaskan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan, maka hendaklah ia melaksanakan dengan sejujur-jujurnya. Apa yang
memang diberikan untuknya, maka ia boleh mengambilnya. Tetapi sebaliknya, apa
yang memang dilarang untuknya, maka ia harus dapat menahan diri." {Muslim
6/12}
Demikianlah jabatan bagi seorang muslim disamping
amanat, juga merupakan lahan untuk dakwah. Sarana untuk menjalankan khalifah
Alloh di muka bumi. Wahai para pemimpin, hati-hatilah dengan jabatanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar