08 Desember 2016

INTIFADHAH PALESTINA JILID III



Ahmad Syahidin, MA

Masalah Palestina sampai hari ini masih menjadi persoalan umat Islam seluruh dunia. Bahkan dalam setiap pertemuan negara-negara Islam seluruh dunia, topik ini selalu menjadi perhatian utama seperti pada KTT OKI beberapa waktu yang lalu di Jakarta. Hanya saja, walaupun setiap KTT dibicarakan, namun realisasi pembebasan Palestina dari tangan penjajah Israel dan Amerika hingga saat ini kelihatannya masih sebatas wacana. Justru yang berjibaku mempertahankan kawasan ini adalah para pejuang Palestina sendiri.
Sejak tahun 1987, mereka sudah merancang suatu gerakan perlawanan yang disebut “Intifadhah”. Intifadhah yang berarti perlawanan dan kebangkitan rakyat dalam melawan ketidakadilan, kezaliman yang dilakukan tirani penjajah Zionis terhadap bangsa Palestina, terus bergulir dan semakin besar, baik intensitas maupun kualitasnya. Intifadhah terakhir adalah Intifadhah Al-Quds. Hanya saja, jarang sekali pemberitaan mengenai Intifadha terakhir ini di media masa dunia yang umumnya dikuasasi Yahudi dan pendukung Yahudi ini, termasuk di Indonesia. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini, sangat penting umat mengetahui masalah ini sebagai bagian dar kepedulian kepada masjid Al-Aqsha.
Intifadhah Al-Quds terjadi awal Oktober tahun 2015. Intifadhah ini dikobarkan sebagai respon atas kebijakan-kebijakan Israel yang semakin diskriminatif. Mereka juga semakin semena-mena terus menodai kesucian Masjid Al-Aqsha dengan mengotorinya setiap hari. Ditambah kebijakan terakhir Israel, yaitu pembagian tempat di Al-Aqsha. Ada tempat-tempat khusus yang diklaim sebagai hak milik kaum Yahudi seperti gerbang Al-Mugaribah dan gerbang Silsilah. Ada juga ada pembagian waktu yang membatasi kaum Muslim dapat berkunjung ke Al-Aqsha. Ada waktu-waktu khusus untuk kaum Yahudi dan juga ada waktu khusus untuk kaum Muslim. Intifadhah ini juga meletus di tengah berbagai krisis dan mandegnya perundingan antara otoritas Palestina dan Israel serta berlanjutnya perpecahan internal di Palestina.

Sejarah Intifadhah
Intifadhah Al-Quds ini adalah yang ketiga kalinya dalam sejarah Palestina untuk membebaskan diri dari penjahahan Zionis. Sebelumnya, ada Intifadhah Batu yang dikenal sebagai Intifadhah jilid pertama yang meletus pada 1987. Intifadhah ini dipicu oleh penabrakan sengaja truk Israel terhadap sebuah kendaraan Palestina yang ditumpangi buruh Palestina  di kamp pengungsi Jabalia, Jalur Gaza yang menyebabkan empat warga Palestina meninggal. Aksi masa dan perlawanan di jalan-jalan Palestina  ini terus berkobar di seluruh wilayah Palestina  secara spontan hingga tahun 1991. Aksi Intifadhah kemudian mereda setelah Kesepakatan Oslo tahun 1993 digelar antara PLO dan Israel.
Intifadhah pertama lebih dikenal dengan Intifadhah Batu karena rakyat Palestina, sebagian besar dari kalangan anak-anak dan pemuda melakukan aksi perlawanan dengan batu. Mereka menyerang kendaraan militer dan patroli Israel. Selama sekitar lima tahun Intifadhah ini, sebanyak 1.162 warga Palestina gugur syahid, 241 di antaranya anak-anak; 90 ribu luka-luka; dan 15 ribu warga ditangkap. Selain itu, infrastruktur Palestina juga luluh lantak. Sementara di pihak Israel hanya sekitar 160 warganya yang tewas.
Setelah Intifadhah Batu berakhir, kemudian muncul Intifadhah Al-Aqsha. Intifadhah ini meletus pada 28 Desember tahun 2000. Perlawanan rakyat ini dipicu oleh penistaan terhadap kiblat umat Islam pertama Masjid Al-Aqsha oleh PM Israel  Ariel Sharon. Ariel Sharon merusak dan mengotorinya dengan pengawalan ketat pasukan militer dan polisi zionis. Perlawanan dan bentrokan kembali berkobar. Konfrontasi kali ini lebih dahsyat dan berkobar hingga tahun 2005.
Kerugiaan kedua belah pihak meningkat dibanding Intifadhah sebelumnya. Sebanyak 4412 warga Palestina  gugur dan 48.322 luka-luka. Sementara di kalangan Israel  sebanyak 735 tewas, 4500 luka-luka. Akibat kerugian inilah, Israel  akhirnya memutuskan hengkang dan menarik diri dari wilayah Jalur Gaza. Walaupun jumlah korban dari pihak Israel lebih sedikit, namun secara moral Israel sudah kalah.
Intifadhah yang tengah terjadi sekarang ini adalah Intifadhah Al-Quds atau Intifadhah Jilid III. Perlawanan rakyat ini terjadi sejak 1 Oktober hingga saat ini (22/4/2016). Intifadhah ini telah mengakhiri mimpi Israel. Penjajah Zionis yang hendak memanfaatkan situasi krisis di kawasan Timteng dan menurunnya kepedulian terhadap persoalan Palestina dari negara-negara Arab karena kesibukan masing-masing negara mengurusi urusan dalam negerinya yang dihantam konflik internal sebagai efek dari Arab’s Spring.  
Mimpi Israel selama beberapa tahun terakhir ini adalah ingin menerapkan status quo baru melalui aksi Yahudisasi dan pembangunan pemukiman di Al-Quds. Aksi mereka dimulai dari rencana pembagian waktu dan tempat di Masjid Al-Aqsha. Selanjutnya target mereka adalah merobohkan tiang-tiang masjid Al-Aqsha untuk membangun Kuil Sulaiman sesuai rencana mereka. Dengan mengubah kondisi Al-Aqsha ini, menurut analis Mesir Yusuf Zaidan akan berdampak pada sikap umat Islam yang tidak lagi akan menganggap masjid ini sebagai masjid yang terdapat dalam surat Al-Isra sehingga tak akan menggugah kesadaran umat. Ini akan memudahkan Israel untuk melancarkan rencananya menguasai seluruh Palestina.
Israel berusaha mencari alasan untuk meloloskan rencananya dengan mengintensifkan penggerebekan ke masjid Al-Aqsha. Tahapan rencana Israel di sekitar masjid Al-Aqsha yang telah direalisasikan hingga saat ini adalah pembangunan infra struktur untuk warga Yahudi. Kini sudah terbangun 102 sinagog Yahudi. Semuanya di sekitar masjid Al-Aqsha dan tidak ada sebelum tahun 1967. Perluasan terowongan bawah masjid kini sudah mencapai 56 galian besar.
Tahap kedua yang sudah terwujud adalah pembangunan lembaga-lembaga Talmud untuk mengajarkan kepada warga ekstrim Yahudi bagaimana menunaikan kewajiban-kewajiban terhadap pembangunan kuil mitos mereka. Tahap berikutnya adalah menyelesaikan desain bangunan “yang paling kudus”, yaitu Kuil Sulaiman dan kendil lilin dan letak lokasinya persis di bawah masjid Al-Asha. Setahap demi setahap mereka terus akan menghancurkan bangunan masjid dan akan menggantinya dengan Kuil Sulaiman impian mereka.
Intifadhah yang hingga saat ini  sudah berjalan selama tujuh bulan tampak terus berkobar dengan penuh percaya diri. Bahkan sudah tiga kali Menlu Amerika John Kerry berusaha unutk menghentikannya, namun gagal. Dengan Intifadhah ini tampaknya mimpi Israel benar-benar buyar. Semua warga Al-Quds bersama Palestina. Mereka siap datang ke masjid Al-Aqsha dan siap berkorban menghadapi rencana jahat Israel.

Keberhasilan-Keberhasilan
Selama enam bulan aksi intifadhah Al-Quds, penjajah Zionis telah menangkap 1899 anak-anak Palestina. Angka ini merupakan 37 persen dari total warga Palestina yang ditangkap selama Intifadhah Al-Quds. Angka anak-anak yang ditangkap naik 338 persen dibandingkan dengan rentang waktu yang sama pada tahun sebelumnya. Badan Urusan Tawanan Palestina mengatakan, hingga kini pemerintah Israel masih menahan 450 anak-anak Palestina yang usianya antara 12-18 tahun, termasuk 16 anak putri, yang paling kecil berusia 12 tahun bernama Dima Alwawi. Gadis kecil ini ditahan sejak Februari lalu. Anak-anak Palestina yang ditahan mengalami berbagai bentuk penyiksaan fisik dan psikhis.
Kebanyakan hukuman yang dijatuhkan pada mereka disertai dengan pembayaran denda yang sangat besar. Puluhan dari mereka telah dijatuhi hukuman “tahanan rumah”. Jumlah anak-anak Palestina dari total jumlah penduduk, berdasarkan data dari Pusat Data dan Statistik Palestina tahun 2015, sekitar 2.165.288 anak, 1.105.663 laki-laki dan 1.059.625 wanita.
Sementara itu, hasil kajian yang dilakukan Pusat Kajian Al-Quds menyebutkan jumlah warga Palestina yang telah gugur syahid sejak awal Oktober 2015 mencapai 198 orang. Terakhir gugur di Al-Quds dan Salvet. Hasil kajian juga menyampaikan jumlah syuhada terbanyak berada di kawasan Hebron yang mencapai 53 orang. Menurut pengamatan di lapangan, jumlah sebanyak itu sudah termasuk 42 anak-anak yang mencapai 22 % dari jumlah syuhada keseluruhan. Ia juga mengisyaratkan, jumlah tersebut mencakup para syuhada yang tidak disebutkan namanya atau yang tidak ada di daftar departemen kesehatan. Di kawan lain, yaitu Al-Quds syuhada sebanyak 44 orang; dan di Gaza mencapai 25 orang; sementara di Ramallah, Al-Birah, dan Jenin masing-masing 19 orang.
Sementara dari pihak Zionis menurut catatan Pusat Kajian Al-Quds berjumlah 27 orang tewas dan 350 orang tewas dalam 77 kali aksi sniper, 77 aksi penikaman, 44 aksi upaya penikaman dan 19 aksi penabrakan. Jumlah ini cukup mencemaskan Isarael bila Intifadhah terus berjalan.

Akhir Intifadhah
Menurut Dr. Isham Shawir, Intifadhah Al-Quds bukan proyek politik sehingga para politisi tidak mungkin memetik hasilnya. Ini adalah murni kehendak rakyat yang ingin bangkir melakukan perlawanan terhadap kezhaliman penjajah. Saat ini sudah memasuki bulan ke-7 dan akan berlangsung terus dengan izin Allah karena tekad rakyat Palestina. Rakyat sudah memutuskan untuk mengubah realita pahit hidup di bawah penjajah Israel dan carut marutnya perpecahan internal di kalangan politisi Palestina. Pahlawan-pahlawan kecil dan besar dari bangsa Palestina adalah bahan bakar Intifadhah yang terus mereka glorakan.
Rakyat Palestina tidak mau kecolongan ada orang yang memanfaatkan jihad dan pengorbanan ini untuk kepentingan sesaat. Mereka yang menuntut gencatan senjata atau menghentikan Intifadhah, dipersilahkan menuntut Israel untuk menghentikan kejahatan-kejahatannya dalam membangun pemukiman illegal, Yahudisasi, penistaan Al-Quds dan tempat suci di sana. Silahkan mereka menuntut politisi Palestina menjamin dan memberikan kehidupan yang layak dan harapan cerah bagi rakyat Palestina. Jika itu dipenuhi, bisa jadi Intifadhah akan mereda. Jika itu tidak dipenuhi, kemungkinan Intifadhah Al-Quds ini akan terus bergelora.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar