06 Januari 2018

Strategi Ekonomi Rasulullah dalam Menumbangkan Ekonomi Yahudi

Oleh: H. Asep Kurnia

Menurut beberapa sumber bahwa populasi Yahudi di dunia sekitar 14 juta, sedangkan populasi muslim kurang lebih 1,5 miliar. Hal ini artinya setiap 1 orang Yahudi, berbanding dengan 107 muslim. Namun 14 juta orang Yahudi lebih kuat daripada 1,5 miliar muslim. Mengapa? Padahal pada masa Rasulullah Saw orang-orang Yahudi dapat dikalahkan dan mereka terdesak ke daerah-daerah pinggiran kota Madinah. Bahkan mereka orang-orang Yahudi hanya bekerja sebagai penggarap kebun-kebun dan ladang-ladang kaum muslimin. Bagaimana Rasulullah Saw dapat mengalahkan hegemoni orang-orang Yahudi khususnya di Madinah? Apa langkah-langkah strategis yang diambil oleh Rasulullah Saw? 
Pertama, penelitian pasar (market research) menemukan bahwa pusat perbelanjaan (pasar) dikuasai oleh kaum Yahudi dan tempat produksi (pengolahan hasil pertanian) juga dikuasai oleh kaum Yahudi. Sehingga para penduduk (Aus dan Khajraj) tidak bisa berbuat banyak. Maka Rasulullah menetapkan untuk merebut dikotomi tersebut dengan mendirikan pasar tandingan yang tentunya sangat berat sekali karena mendapat tantangan yang begitu berat.
Fakta yang mengejutkan krisis ekonomi yang menghantam Amerika tidak hanya berdampak di Amerika, tapi juga berdampak pada negara lainnya di dunia. Semua pakar ekonomi syariah menyatakan dan setuju bahwa krisis yang terjadi sekarang akibat dari ekonomi kapitalis yang mengagungkan logika dan meremehkan nilai-nilai spiritual dan moral. (study comparative pada jatuhnya pasar ekonomi dunia dengan jatuh pasar qainuka)
Krisis yang sekarang terjadi adalah akibat greedy (ketamakan) dan fraud (manipulasi). Ke dua sifat ini banyak terjadi pada pengembangan produk-produk derivatif yang tidak memiliki underlying transaction. Krisis itu terjadi awalnya, dimulai oleh saham-saham yang merupakan produk dari tagihan perumahan, dimana tagihan perumahan itu sendiri merupakan nomor dua (secondary), artinya tagihan tersebut ada yang macet. Ketika tagihan itu ada yang macet, kemudian dirating, lalu produk tersebut dijual sebagai salah satu security. Istilahnya daur ulang lagi, daur ulang lagi, sampai satu titik dia macet. Dan ketika macet, harga rumah ambruk, orang-orang yang mempunyai tagihan cicilan rumah, tidak sanggup untuk bayar lagi. Akhirnya mereka menyerahkan rumah mereka. Hal ini mengakibatkan banyak orang Amerika yang jatuh miskin, sehingga kemudian Amerika mengalami krisis. Krisis di Amerika merembet ke negara-negara lainnya di dunia karena banyak perekonomian negara di dunia yang bergantung dengan perekonomian Amerika. Sedangkan di Indonesia krisis di Amerika mengakibatkan pabrik-pabrik tekstil mulai melakukan PHK .
Kedua, kegiatan dan kehidupan ekonomi tidak akan pernah terwujud tanpa adanya kebersamaan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, etos kerja yang tidak sarat dengan segala kemudahan tetapi berusaha dengan tangan sendiri, tidak menumbuhkan sifat instan, mengkonsumsi barang yang sudah jadi, siap saji, langsung dikonsumsi tetapi Rasul mengajak kaum Anshar, Muhajirin untuk saling bekerja bersama. Program penggarapan untuk menyaingi hasil pertanian Yahudi, “siapa menghidupkan tanah yang mati, maka tanah itu menjadi miliknya.” (HR. Al-Bukhari). Rasulullah mendorong kemandirian dalam mencari penghidupan, “seseorang yang mengangkat kayu bakar diatas punggungnya, itu lebih baik daripada dia meminta-minta kepada seseorang, maka ia dikasih atau ditolak” (HR. Al-Bukhari).
Hal ini sejalan dengan fenomena yang terjadi,  pertama, pentingnya bagaimana pemahaman dan penghayatan tentang nial-nilai spiritual. Kedua, bagaimana kita diinggatkan supaya lebih bergantung kepada produk dalam negeri, tidak banyak impor. Karena impor ini akan banyak menghabiskan devisa. Ketiga, ini mengingatkan kita untuk lebih memperhatikan sektor ekonomi kecil dan mikro (UMKM). Karena terbukti selama krisis tahun 1998 mereka mampu bertahan. Dimana mereka tidak meminta pembiayaan dari bank, tidak meminta apapun dari pemerintah, tidak menghabiskan devisa negara tapi mereka mampu untuk survive. UKM juga merupakan salah satu sektor yang menyerap banyak tenaga kerja. Dengan lebih memperhatikan dan memberdayakan sektor mikro maka akan membuat perekonomian bangsa kita tidak lagi terlalu tergantung dengan pihak luar. Dan dengan mengembangkan ekonomi mikro maka secara tidak langsung kita juga ikut mengembangkan ekonomi syariah, karena salah satu fokus ekonomi syariah adalah pemberdayaan dan mengembangkan sektor UMKM. Sejarah juga membuktikan bahwa selama krisis yang terjadi di waktu tahun 1998, selain sektor mikro mampu bertahan, ternyata ekonomi syariah juga mampu bertahan. Dengan kembali ke ekonomi syariah, kita berharap ekonomi syariah dapat mencapai momentumnya dengan kembali ke sifat amanah, fathanah, siddiq, dan tabligh.
Ketiga, Rasulullah membangun pusat kegiatan terkoordinir tempat pertemuan transaksi ke-ekonomian, yaitu pasar “manakhak”. Tempat yang asalnya adalah tanah kosong dan tidak berpenghuni tetapi dalam perjalannya mampu menyaingi keberadaan pasar Yahudi yang kemudian pasar Yahudi tidak sanggup bersaing secara bersih, para pengguna pasar lebih tertarik dengan pasar model Rasulullah ini karena, semua diuntungkan, tidak ada perbedaan satu sama lain. Rasulullah menjadikan pasar ini adalah indikator kejujuran dalam bermuamalah. Rasulullah bersabda, “tempat yang paling dicintai Allah adalah mesjid.  Dan tempat yang paling dibenci adalah pasar (HR. Muslim) ini karena pasarnya dipenuhi dengan kecurang, gharar dan riba. Menurut Imam Nawawi, senada “didalam pasar itu tempat kecurangan, penipuan, riba, sumpah palsu, ingkar janji dan berpaling dari mengingat Allah, dan lain lain semakna dengan ini” (syarh shahih Muslim 5/171).
Ketiga dasar pemikiran ini yang bukan hanya menjadi ingatan pengetahuan akan tetapi harus diamalkan dengan tentunya adanya penatalaksanaan yang berkelanjutan, bukan sebatas teori tetapi aplikasi riil di lapangan yang membutuhkan kebersamaan. Tidak ada unsur kepentingan individu tetapi keinginan kemajuan nilai illahiyah untuk menentramkan kehidupan keekonomian yang berimamah dan berimaroh, real applicative (applikasi nyata ) harus segera dilaksanakan bukan sekedar wacana, catatan-catatan kecil tentunya akan menjadi pertimbangan bersama, seperti dasar pemikiran yang menyeluruh bukan partial bukan hanya ditingkat lokal tapi harus  sampai pusat, yang tentunya tetap kebersamaan harus menjadi kerangka berfikir bersama.
Krisis yang terjadi memperlihatkan bahwa dunia membutuhkan Islam, dunia yang berbasis ekonomi riel dan moralitas. Dunia yang memanusiakan manusia.
Karena pertama, ekonomi syariah adalah ekonomi yang berbasis pada sektor riil. Jadi yang membedakan antara ekonomi syariah dengan ekonomi kapitalis itu, diantaranya; ekonomi kapitalis berbasis pada ekonomi moneter, sistem pasar modal, dimana ketika harga-harga saham naik itu tidak mencerminkan kenaikan harga yang sesungguhnya. Disini banyak terjadi faktor-faktor non ekonomi yang bermain. Sementara kalau ekonomi syariah, tidak boleh berbasis kepada sektor moneter saja tanpa berbasis pada sektor riilnya. Kedua, ekonomi syariah berbasis pada nilai-nilai, yang paling pokok yaitu halal haram dan semua turunannya. Ketiga, ekonomi syariah berbasis bagaimana menguatkan martabat manusia itu sendiri. Jadi dalam ekonomi syariah, pusat dari pembangunan itu adalah bukan bangunan fisik, tapi manusianya. Sekarang terlihat bahwa negara barat yang mengagungkan logika dan kecanggihan manajemen mulai menyadari bahwa keagungan logika dan kecanggihan manajemen akan runtuh jika tidak didukung dengang manusianya.
Khusus untuk ekonomi umat, ini merupakan saatnya bagi kita untuk benar-benar merancang dengan memasukkan nilai religius  yang sudah sangat begitu mengakar bukan saja sebagai karakter tetapi pondasi dari segala sektor. Kemajuan ekonomi umat bukan tergantung dari segelintir pihak yang maju dalam berbisnis atau revenue (pemasukan) organisasi yang mengedepankan kepiawaian individu, tetapi  kemajuan yang massive (berjamaah) yang harus mampu mendorong semua anggota untuk mandiri dalam berbisnis
Tantangan terbesar bagi pertumbuhan ekonomi syariah salah satunya adalah kesiapan SDM. SDM ini bukan hanya untuk mengisi perbankan dan asuransi. Tapi juga bagaimana ada orang-orang yang tidak hanya mengerti ekonomi syariah, tapi juga mengerti bisnis, orang yang mengerti akuntansi tapi juga mengerti fiqih, orang yang mengerti hadis tapi juga menguasai manajemen keuangan. Inilah yang sesungguhnya yang akan mewarnai industri eknomi syariah, yang akan masuk ke BI, Bapenas, pasar modal, pegadaian, dst. Jadi kebutuhan SDM syariah tidak hanya untuk lembaga keuangan syariah tapi juga untuk semua elemen industri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar